MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM.
1. MODEL TABA
Taba menggunakan
pendekatan akar rumput (grass-roots
approach) bagiperkembangan kurikulum.
Taba percaya kurikulum harus dirancang oleh guru dan
bukan diberikan oleh pihak berwenang. Menurut Taba guru harus memulai proses
dengan menciptakan suatu unit belajar mengajar khusus bagi murid-murid mereka
disekolah dan bukan terlibat dalam rancangan suatu kurikulum umum. Karena
itu Taba menganut pendekatan induktif yang dimulai dengan hal khusus dan dibangun menjadi
suatu rancangan umum.
Menghindari penjelasan grafis dari modelnya,
Taba mencantumkan lima langkahurutan untuk mencapai perubahan kurikulum,
sebagai berikut :
1) Producing Pilot Units (membuat unit percontohan) yang mewakili peringkat kelas
atau mata pelajaran. Taba melihat langkah ini sebagai penghubung antara teori dan praktek.
a. Diagnosis of needs (diagnosa
kebutuhan). Pengembang kurikulum memulai
dengan menentukan kebutuhan-kebutuhan siswa kepada siapa kurikulum
direncanakan.
b. Formulation of
objectives (merumuskan tujuan). Setelah
kebutuhan siswadidiagnosa, perencana kurikulum memerinci tujuan – tujuan yang
akan dicapai.
c. Selection of content (pemilihan
isi). Bahasan
yang akan dipelajari berpangkal langsung dari tujuan-tujuan
d. Organization of content (organisasi isi). Setelah isi/bahasan dipilih, tugas selanjutnya adalah menentukan pada tingkat dan urutan yang mana mata pelajaran ditempatkan.
d. Organization of content (organisasi isi). Setelah isi/bahasan dipilih, tugas selanjutnya adalah menentukan pada tingkat dan urutan yang mana mata pelajaran ditempatkan.
e. Selection of learning experiences(pemilihan
pengalaman belajar). Metodologi atau strategi
yang dipergunakan dalam bahasan harus dipilih oleh perencana
kurikulum.
f. Orgcmzation of
learning activities(organisasi kegiatan pembelajaran). Guru
memutuskan bagaimana mengemas kegiatan-kegiatan pembelajaran dan
dalam kombinasi atau urutan seperti apa kegiatan-kegiatan tersebut akan digunakan.
g. Determination of what to evaluate and of the ways and means
of doing it (Penentuan tentang apa yang akan dievaluasi
dan cara serta alat yang dipakai untuk
melakukan evaluasi). Perencana kurikulum harusmemutuskan apakah tujuan sudah tercapai. Guru
rnemilih alat dan teknik yang tepat
untuk menilai keberhasilan siswa dan untuk menentukan apakah tujuan kurikulum sudah
tercapai.
h. Checking for
balance and sequence(memeriksa keseimbangan dan urutan).
Taba meminta pendapat dari pekerja kurikulurn untuk melihat konsistensi
diantara berbagai bagian dari unit belajar mengajar, untuk melihat
alur pembelajaran yang baik dan untuk keseimbangan antara berbagai macam
pembalajaran dan ekspresi.
2. Testing Experimental Units (menguji unit percobaan). Uji ini diperlukan
untuk mengecek validitas dan apakah materi tersebut dapat diajarkan dan untuk mcnetapkan batas atas dan batas bawah
dari kemampuan yang diharapkan.
3. Revising and Consolidating (revisi
dan konsolidasi). Unit pembelajaran dimodifikasi
menyesuaikan dengan keragaman kebutuhan dan kemampuan siswa,
sumber daya yang tersedia dan berbagai gaya mengajar sehingga kurikulum dapat sesuai
dengan semua tipe kelas.
4. Developing a framework (pengembangan
kerangka kerja). Setelah sejumlah unitdirancang, perencana kurikulum harus memeriksa
apakah ruang lingkup sudah memadai dan urutannya sudah benar.
5. Installing and disseminating new units(memasang dan menyebarkan
unit-unit baru).Mengatur pelatihan
sehingga guru-guru dapat secara efektif mengoperasikan unit
belajar mengajar di kelas mereka.
2. MODEL SAYLOR, ALEXANDER, DAN LEWIS
Model ini membentuk curriculum planning process (proses
perencanaan kurikulum).Untukmengerti model
ini, kita harus menganalisa konsep kurikulum dan konsep rencana
kurikulum mereka. Kurikulum menurut mereka adalah "a
plan for providing sets of learning opportunities for persons to be
educated" ; sebuah rencana
yang menyediakan kesempatan belajar bagi orang yang akan dididik. Namun, rencana kurikulum tidak dapat
dimengerti sebagai sebuah dokumen tetapi lebih sebagai beberapa rencana yang lebih kecil
untuk porsi atau bagiankurikulum tertentu.
A. Tujuan, Sasaran dan Bidang Kegiatan
Model ini menunjukkan bahwa perencana
kurikulum mulai dengan menentukan atau
menetapkan tujuan sasaran pendidikan yang khusus dan utama yang akan mereka
capai. Saylor, Alexander dan Lewis, mengklasifikasi serangkaian tujuan ke
dalam empat (4) bidang kegiatan dimana pembelajaran terjadi, yaitu : perkembangan
pribadi, kompetensi social, ketrampilan yang berkelanjutan dan
spesialisasi. Setelah tujuan dan sasarn serta bidang kegiatan ditetapkan, perencana
memulai proses merancang kurikulum. Diputuskan kesempatan belajar yang
tepat bagi masing-masing bidang kegiatan dan bagaimana serta kapankesempatan ini akan
disediakan.
B. Cara Pengajaran
Setelah rancangan dibuat
(mungkin lebih dari satu rancangan), guru-guru yang menjadi
bagian dari rencana kurikulum, harus membuat rencana pengajaran. Mereka memilih metode
bagaimana kurikulum dapat dihubungkan dengan pelajar. Guru pada tahap ini harus
dikenalkan dengan istilah tujuan pengajaran. Sehingga guru
dapat memerinci tujuan pengajaran sebelum memilih strategi atau cara presentasi.
C. Evaluasi
Akhirnya perencana kurikulum dan
guru terlibat dalam evaluasi. Mereka harusmemilih teknik evaluasi
yang akan digunakan. Saylor, Alexander dan Lewismengajukan suatu
rancangan yang mengijinkan : (1) evaluasi dari seluruhprogram pendidikan
sekolah, termasuk tujuan, subtujuan, dan sasaran; keefektifan pengajaran
akan pencapaian siswa dalam bagian tertentu dari program, juga (2) evaluasi
dari program evaluasi itu sendiri. Proses evaluasi memungkinkan perencana
kurikulum menetapkan apakah tujuan sekolah dan tujuan pengajaran telah tercapai.
3. MODEL TYLER
Model Tyler adalah model
yang paling dikenal bagi perkembangan kurikulum dengan perhatian
khusus pada fase perencanaan, dalam bukunya Basic Principles of Curriculum and Instruction. The Tyler
Rationale, suatu proses
pemilihan tujuan pendidikan, dikenal luas dan dipraktekkan
dalam lingkungan kurikulum.Walaupun Tyler mengajukan suatu model yang
komprehensif bagi perkembangan kurikulum,
bagian pertarna dari model Tyler, pemilihan tujuan, mendapat banyak perhatian
dari pendidik lain.
Tyler menyarankan perencana
kurikulurn (1) mengidentifikasi tujuan umurn dengan
mengumpulkan data dari tige sumber, yaitu pelajar, kehidupan diluar sekolah
dan mata pelajaran. Setelah mengidentifikasi beberapa tujuan umurn, perencana
(2) memperbaiki tujuan-tujuan ini dengan menyaring melalui duasaringan,
yaitu filsalat pendidikan dan filsafat sosial di sekolah, dan pembelajaran psikologis.
(3) tujuan umum yang lolos saringan menjadi tujuan-tujuan pengajaran.
Sumber data yang
dimaksud Tyler adalah (a) kebutuhan dan minat siswa; dengan meneliti
kebutuhan dan minat siswa, pengembang kurikulum mengidentifikasi serangkaian
tujuan yang potensial. (b) analisa kehidupan kontemporer di lingkungan
lokal dan masyarakat pada skala besar merupakan iangkah selanjutnyadalam
proses merumuskan tujuan-tujuan umurn; dari kebutuhan masyarakat mengalir banyak tujuan
pendidikan yang potensial. (c) mata pelajaran.
Dari ketiga sumber di
atas diperoleh tujuan yang luas dan umum yang masih kurang tepat, sehingga
Oliva menyebutnya tujuan pengajaran.
Apabila rangkaian tujuan
yang mungkin diterapkan telah ditentukan, diperlukan proses
penyaringan untuk rnenghilangkan tujuan yang tidak penting dan bertentangan.
(a) Saringan Filsafat; Tyler menyarankan
guru untuk membuat garis besar nilai yang merupakan komitmen sekolah.
(b) Saringan Psikologis; untuk
menerapkan saringan psikologis, guru harus mengklarifikasi
prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Psikologi pembelajaran tidak
hanya mencakup temuan-temuan khusus dan jelas tetapi juga melibatkanrumusan
dari teori pembelajaran yang membantu menggarisbawahi asal usul proses
pembelajaran, bagaimana proses itu terjadi, pada kondisi seperti apa, bagaimana mekanismenya
dan sebagainya.
4. MODEL OLIVA
Model perkembangan kurikulurn menurut Oliva
terdiri dari tiga kriteria, yaitu : simple,
komprehensif dan sistematis. Walaupun model ini mewakili komponen-komponen paling
penting, namun model ini dapat diperluas menjadi model yangmenyediakan detil tambahan dan menunjukkan beberapa
proses yang diasumsikan oleh model yang lebih sederhana.
Model perkembangan kurikulurn dari Oliva 1976 mempunyai 6
komponen yaitu:
1) Statement of philosophy
2) Statement of goals
3) Statement of objectives
4) Design of plan
5) Implementation
6) evaluation
Dan dalam perkembangannnya menjadi 12 komponen.
Kegunaan dari perkembangan model
Oliva.
Model dapat digunakan dalam berbagai cara:
1. Model mengusulkan sebuah
proses untuk pengembangan secara menyeluruh dari kurikulum sekolah.
2. Sebuah Sekolah/Fakultas
boleh memfokuskan pada komponen dari model (komponen 1-5 dan 12) untuk
memutuskan program.
3. Sekolah/Fakultas boleh
memusatkan pada komponen pembelajaran(komponen 6-11).
Saran dari 12 langkah perkembangan kurikulum diatas yaitu:
langkah 1 – 5 dan 12 merupakan submodel dari sebuah kurikulum, langkah 6 – 11
sub model pembelajaran.
C. PENGEMBANGAN
KURIKULUM DI INDONESIA.
Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, pada
rentang waktu tahun 1945 –1949 dikeluarkan 1947.
Tahun 1950 – 1961, ditctapkan kurikulum 1952. Kurikulum terakhir
pada masa orde lama adalah kurikulum 1964.
Masa Orde Baru lahir empat kurikulum.
Kurikulum 1968 ditetapkan dan berlaku sampai tahun 1975.
Selanjutnya muncul Kurikulum 1975. Pada tahun1984 dihuat kurikulum
baru dengan nama Kurikulum 1975, yang disempurnakan dengan
Cara Belajar Siswa Aktif. Pada tahun 1994, dikeluarkan kurikulum baru, yakni
Kurikulum 1994. Kurikulum ini menjadi kurikulum terakhir yangdikeluarkan oleh Orde
I3aru.
Menurut pendapat kami.
KTSP merupakan kombinasi dari model Ralph Tyler
dan model Hilda Taba. Di satu sisi KTSP bersifat deduktif (Model Tyler),karena
dalam KTSP tujuan pendidikan itu mengacu pada Tujuan Pendidikan Nasional.
Namun, .jika dilihat dari sisi lain, KTSP bisa bersifat induktif (Model Taba),
karena dalam KTSP diberikan kewenangan atau keleluasaan bagi guru untuk
berpikir dan bekerja kreatif sesuai dengan kebutuhan siswa dan juga menggali
potensi lingkungan. Melalui KTSP sekolah-sekolah diberi kebebasan menyusun
kurikulum sendiri dengan konteks lokal, kemampuan dan kebutuhan siswa serta
ketersediaan sarana prasarana.
Model dapat membantu kita
membentuk konsep dari sebuah proses dengan menunjukkan
prinsip-prinsip dan prosedur-prosedur tertentu. Dimana beberapa model
berbentuk diagram, ada pula model yang berupa daftar langkah-langkah yang
direkomendasi oleh pembuat kurikulum. Beberapa model linear, dengan pendekatan
langkah demi langkah, dan ada model yang berangkat dari urutan langkah-langkah
yang pasti/tetap. Ada pula model yang menawarkan pendekatan induktif
dan ada yang mengikuti pendekatan deduktif. Beberapa model bersilat preskriptif, yang lain
bersifat deskriptif.
Proses pendidikan di
negara kita belum menekankan kermandirian dan perkembangan
multidimensi individu. Karena itu, pendidikan di negara kita seharusnya
menempatkan perkembangan integral anak sebagai orientasi utama. Dengan
kata lain kemerdekaan individu anak tetap harus dikedepankan
sebagai praktek pendidikan sejati, visi kemerdekaan tidak dapatdikontraskan
dengan kepentingan kolektif dalam wadah negara. Tujuan pedagogis (yakni
perkembangan anak) dan kepentingan negara harus disinergikan dalamkebijakan dan praktek
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Idi Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Ar-nizz
Media: Jogjakarta.
2. Mulyasa E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah
Panduan Praktis. Remaja Rosdakarya: Bandung.
3. Oliva Peter F. 1992. Developing the Curriculum. Third
Edition. Harper Collins Publisher : New York
Tidak ada komentar:
Posting Komentar